Sulitnya menemukan lapangan pekerjaan untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari kini terasa betul di zaman yang serba modern dan canggih ini. Kesulitan ini terutama dirasakan penuh oleh mereka yagn masih hidup di bawah garis kemiskinan. Maka ketika ada lowongan pekerjaan, mereka akan segera berebut untuk mendapatkannya. Pemerintah sebetulnya sudah merancang banyak program untuk mengentaskan kemiskinan, misalnya program nasional pemberdayaan masyarakat dan inpres desa tertinggal, dan masih banyak lagi program yang lainnya.
Namun pada kenyataanya, perubahan tersebut belum memberikan perubahan yang berarti bagi warga miskin. Demikian pula dengan jumlah pengangguran yang kian membengkak sehingga tak heran bangsa kita dinobatkan sebagai negara miskin, karena kondisi ekonomi kita memang masih belum membaik. Untuk memecahkan kebuntuan ini, rakyat miskin seringkali menempuh berbagai cara demi mendapatkan sesuap nasi.
Sebuah fenomena yang tidak akan terlupakan seumur hidup, yang benar-benar mebuat hati menjadi miris. Anehnya fenomena tersebut dianggap biasa-biasa sajan dan makin hari makin berkembang. Hal ini ditandai dengan munculnya fenomena baru yang memprihatinkan, yakni merajarelanya pengemis dimana-mana. Lalu bagaimana fenomena ini dianggap biasa saja, muncullah pertanyaan, “apakah sudah tidak ada lowongan pekerjaan yang pantas dan lebih baik?” lalu bagaimana peran orang-orang kaya yang memakai mobil mewah dan berbagai kemewahan lainnya?
Maraknya pengemis dimana-mana memberikan gambaran tentang kondisi sebenarnya perekonomian bangsa kita yang katanya banyak sekali sarjana-sarjana ekonomi yang yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ribuan sarjana lahir dari berbagai universitas pertahunnya. Fenomena ini seakan-akan sudah tidak ada lagi peran atau tidak optimalnya peran dair berbagai kalangan. Hal ini berarti ada yang salah dan harus dipelajari bersama apa yang salah dan apa yang keliru serta bagaimana keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Agama islam sendiri telah mengajarkan bagaimana umat itu dapat sejahtera dan kehidupannya dapat tercukupi, tanpa ada kelaparan yang merajarela. Namun, sudahkah ajaran islam ini dilaksanakan dengan aturan-aturan yang berlaku? Dan seandainya sudah, sejauh manakah pelaksanaannya dalam mengamalkan ajaran islam tersebut?
Cerita di atas merupakan gambaran dari kehidupan kita, dengan kata lain gambaran yang benar-benar nyata. Dari cerita di atas, kita perlu mengkaji ulang tentang pentingnya hidup dalam kebersamaan antara si miskin dan si kaya, antara pimpinan dan bawahan, antara bos dan karyawan, antara teman yang satu dengan yang lainnya agar hubungan ruhaniah terjalin dengan baik. Sebagai intelek muda, seharusnya kita mau dan mampu untuk berperan dengan kemampuan yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar