Miftahudin
Akar dalam struktur pepohonanan menempati posisisi paling strategis dan utama. Nyaris semua bagian pepohonan menggantungkan kelangsungan hidupnya pada akar. bahkan proses lahirnya suatu tanaman yang berawal dari sebuah biji, sebelum membentuk bagian yang lain yang pertama kali terbentuk adalah akar.
Demikian pula dalam proses pertumbuhannya hingga menghasilkan buah, akar adalah ujung tombaknya. dari akar ini akan terbentuk batang pohon yang kuat, dahan ranting, serta dedaunan asri yang sejuk dipandang mata. Dan yang paling dinanti tentu saja bunga yang indah dan buah-buahan yang segar lagi menyehatkan.
Akar walaupun tersembunyi di dalam tanah dan tek terlihat indah sebagaimana bunga, ia tetap rela bersusah payah merambat ke segala arah tak kenal kering atau tandusnya tanah di musim kemarau, mencari makanan demi tegak dan hidupnya sebuah pohon. Ia tidak pernah mengeluh lantaran merasa capek berpulu-puluh meter mengais saripati tanah, lantas kesal mogok kerja apalagi meminta pensiunan. Biarlah tersembunyi, di dalam tanah asalkan bisa memberikan yang terbaik bagai yang ada di dalam permukaan tanah, itulah prinsip akar.
Begitulah Allah SWT mencontohkan keikhlasan sejati pada manusia melalui salah satu ciptaan-Nya. Akan tetapi sedikit sekali manusia yang cukup cerdas mengambil hikmah dari kejadian tersebut sebagai pelajaran dalam mengayuh biduk di tengah samudra kehidupan. Sebagian orang lebih mengutamakan ketenaran sehingga membangun amal yang diliputi hiruk-pikuk publikasi dan gaung kemasyhuran. Tidak lagi mengedepankan prinsip perjuangan dan pengorbanan. segala yang dilakukan hanya untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya sendiri, tanpa peduli yang lain. Padahal Allah SWT menghendaki manusia mengikuti karakter pohon keinginan; “akarnya menghujam ke dalam bumi, batangnya menjulang tinggi ke langit dan memberikan buah yang lezat bagi siapa saja” (Q.S Ibrahim: 24-25)
Kehidupan manusia memberikan arti bahwa suatu amal yang berangkat dari niat yang tidak ikhlas yang tidak mustahil akan memperoleh hasil yang baik dan memuaskan. kalaupun membawa kesuksesan maka itu hanya bersifat semu dan membawa kemudharatan lebih besar daripada manfaatnya. niat yang terkontaminasi dengan polusi hawa nafsu akan merusak amal, mengotori jiwa, melemahkan barisan dan menggagalkan ridho Allah SWT.
Ikhwanul karim, marilah kita menguatkan akar ibadah kita, sehinga pohon keimanan bisa menjadi kuat dan tidak mudah terhempas oleh angina topan. wallohu a’lam bis showab.
Senin, 11 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar