Kamis, 04 November 2010

Yang muda, come on...!!!


Oleh: Umi Mufliatun Faidah
Glek….. baru baca judulnya saja kita sudah menelan ludah, entah berdecak kagum, heran, atau tidak mengerti maksud dari judul tersebut
Eitt…. Jangan kabur dulu… yang muda, come on!!! Judul ini bukan untuk  mengajak kita mencari bambu runcing bukan pula angkat senjata, dan bukan pula teriakan untuk memulai peperangan. Judul ini hanya ingin mengajak kita untuk melihat krisis multidimensi yang (lagi-lagi) dihadapi oleh bangsa Indonesia kita yang tercinta. Saat ini Indonesia membutuhkan asupan pemimpin yang inovatif, berkualitas, dan berorientasi  ke depan… kenapa bisa seperti itu hayoo…..?
Sepertinya pembicaraan mulai serius, mode serius on.
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah karena di depan kita terdapat banyak sakali deretan generasi sepuh atau dalam bahasa kerennya “the sunset generation” yang tidak pernah lelah dalam mendominasi dunia politik. Padahal sudah lebih dari cukup fakta yang membuktikan bahwa mereka gagal untuk mewakili aspirasi-aspirasi rakyat dan itu artinya mereka sudah kompatibel lagi untuk melaksanakan agenda-agenda demokrasi.
Ketika yang tua kian lamban dalam bergerak bahkan sulit untuk dipercaya, kepada siapa lagi kita berharap kalau bukan kepada generasi muda?
Patahkan, kalau perlu remukkan stigma engkong kita yang sering bilang bahwa kita khususnya kaum muda, itu durung titi wantine, durung mangsane (belum saatnya-red), bahkan sampai anak muda ngerti apa kalau bukan anak muda itu murang tata (tidak tahu sopan santun-red)  tapi justru dengan stigma itu, kita harus menjadi semangat.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana caranya?  Kalau sudah seperti itu, pasti jawabannya tidak jauh dari dua kata: rajin belajar. Tapi belajar yang rajin saja tidak cukup, harus diikuti dengan mental juara. Karena hidup itu sama halnya dengan pertandingan, ada saatnya kita menang dan ada saatnya kita kalah. Tidak mungkin kita akan selalu mendapatkan kesuksesan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk uji mental adalah dengan berkompetisi, tidak perlu berkompetisi jauh-jauh mendaki gunung slamet misalnya.
Kalau kita sudah rajin belajar terus punya mental juara, tentu semua akan ikut bangga kepada kita.. dan seluruh dunia pun akan setuju bahwa tua atau muda bukanlah yang menjadi ukuran. Muda yang dewasa, muda yang ngerti tata (bukan yang murang tata) dan penuh semangat tentu jauh lebih penting dan bukan omong kosong adanya. Dan inti yang paling penting adalah bahwa kita ini (baca:generasi muda) harus bisa memaksimalkan kemampuan kita demi bangsa yang tercinta ini, jangan sampai kita acuh tak acuh kepada bumi pertiwi yang tercinta ini. Dulu, Bung Karno pernah menangis gara-gara “rasa nasionalisme yang semakin luntur dari generasi muda”. So, yang muda, come on…!!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar