Rabu, 01 Mei 2013

Ilmuwan Indonesia yang Terlupakan

136695313146328861

Joe Hin Tjio (Sumber: Wikipedia)

 

 

Awal abad 20, tepatnya pra kemerdekaan, masyarakat keturunan Tionghoa semakin meningkat. Ini ditandai dengan semakin kuatnya eksistensi komunis di Indonesia. Masyarakat Tionghoa yang bermigrasi dari Asia sudut timur, menetap dalam tempo yang lama sehingga menjadi warga Negara Indonesia. Jadilah sampai sekarang masarakat berdarah Tionghoa menjamur di saentro NKRI. Realitas ini ternyata menghadirkan seorang tokoh dunia berdarah Tionghoa yang lahir di Indonesia bernama Joe Hin Tjio lahir di Pulau Jawa tanggal 2 November 1919 (lebih muda 18 tahun dari Bung Karno) dan meninggal tanggal 27 November 2001 di Gaithersburg, MD., Amerika Serikat.

Menapak tilas kehidupan Joe, lahir ketika zaman kependudukan penjajah Belanda. Joe merupakan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yang mengambil konsentrasi ilmu tentang hiibrida (pewarisan sifat). Sempat dipenjara selama tiga tahun pada zaman kependudukan penjajah Jepang. Setelah itu hijrah ke Spanyol untuk melanjutkan Studi. Dan disinilah karirnya dalam bidang sains semakin menanjak.

Setiap manusia yang mempelajari Sains di sekolah setidaknya pasti pernah mempelajari tentang genetik atau kromosom. Dan jika ditanya tentang jumlah kromosom manusia, maka setiap siswa akan serentak menjawab bahwa ada 46 jumlah kromosom dengan pola, 22pasang + XY (untuk laki-laki) dan 22 Pasang + XX (untuk susunan kromosom Perempuan). Namun tidak banyak yang tahu, ternyata dari tahun 1921 sampai 1955, semua manusia ketika itu menganggap bahwa jumlah kromosom manusia ada 46. Asumsi ini diperoleh setelah Theophilus Painter melakukan penelitian dan menlihat bahwa di dalam sel yang diteliti mengandung 48 kromosom. Apalgi setelah penelitian sebelumnya tentang sel gorilla dan simpase, ditemukan jumlah kromosom ada 48. Sehingga ini semakin menjelaskan bahwa manusia masih erat hubungannya dengan gorilla dan sinpanse dalam kelas primate. Namun setelah 32 tahun asumsi painter bertahan, pada tahun 1955, seorang Indonesia bernama Joe Hin Tjio mematahkan asumsi painter. Setelah melakukan penelitian dan ditemukan ternyata di dalam sel mengandung 46 kromosom.

Teori Painter pun patah dan ini memunculkan kesimpulan baru bahwa manusia menjadi bangsa ungka yang memiliki 46 kromosom. Teori baru yang ditetapkan dari hasil penelitian Joe dibantu Levan (seorang Swedish) bertahan sampai sekarang. Dan Joe pada saat itu sempat berujar: “Rasanya tidak ada orang yang begitu buta sehingga tidak melihat yang mereka lihat.”

Dampak dari penemuan baru Joe ini ternyata mempengaruhi pihak Vatikan. Pada tahun 1996 secara mengejutkan Paus Johanes-Paulus II, pemimpin Umat KAtolik waktu itu berpesan bahwa: “antara Kera purba dan Manusia modern terdapat suatu “diskontinuitas ontologism” -yakni suatu tahap ketika Tuhan meniupkan ruh ke dalam sosok yang semula turunan hewan. Maka kita boleh mengatakan bahwa dengan ini Gereja Katolik secara resmi mulai dapat menerima teori evolusi.”

 

Pada dasasrnya hewan ungka memiliki 48 kromosom. Namun manusia menjadi berbeda ketika jumlah kormosomnya 46 buah. Namun penelitian selanjutnya melihat bahwa ada kemiripin di satu pasang kromosom pada manusia yang cukup besar dengan dua pasang kromosom yang ada di hewan Ungka lainnya seperti Sinpanse. Dan terori baru pun menggema. Para peneliti beramsumsi bahwa telah terjadi evolusi pada kromosom. Dua pasang kromosom pada ungka berfusi dan membentuk satu pasang kromosom. Dan inilah yang dimaksud oleh Paus Johanes Paulus II dengan tiupan ruh, dua menjadi satu.

Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2013/04/26/ilmuwan-indonesia-yang-terlupakan-550399.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar