Maros: Sebuah aliran sesat keagamaan ditemukan di Desa Laiya, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, baru-baru ini. Aliran itu mempercayai ada Tuhan di atas Allah dan dipimpin seorang pria bernama Ahad Soth. Pengikutnya sekitar 50 orang, terdiri orang tua, remaja, dan anak-anak.
Tidak mudah menuju Desa Laiya, tempat Ahad Soth menyebar ajarannya. Perlu waktu dua jam berjalan kaki menyusuri gunung dan bukit. Sebelumnya, harus berjalan tiga jam dari Kota Maros dengan menggunakan sepeda motor.
Aliran yang pimpin Ahad Soth menggunakan bahasa Arab bercampur Makassar. Ahad Soth mengaku mendapatkan bahasa itu dari Wali Songo titisan Karaeng Daeng Paturu.
Dalam menjalankan alirannya, Ahad Soth mengajarkan pengikutnya beribadah dengan cara bersemedi, bergoyang-goyang, dan meraung-raung seperti binatang. Hal ini agar seluruh tubuh mereka bisa dimasuki malaikat.
Selain itu, Ahad Soth juga mengajarkan dua kali salat bagi pengikutnya, yakni Salat Zuhur dan Asar hanya membaca sebagian isi Alfatihah yang dicampur bahasa Makassar. Cara ini diyakini mampu membawa kebaikan dan menghindarkan bencana.
Ajaran Ahad Soth yang baru berdiri sekitar tiga bulan juga mengajarkan puasa di Ramadan. Namun, mereka menganggap Nabi Muhammad sebagai Tuhan di atas Allah.
Sementara untuk hari Senin, Ahad Soth menganjurkan seluruh pengikutnya upacara sambil membawa tombak dan senjata tajam. Mereka juga harus mendengar bacaan Alquran yang dibaca pemimpin upacara. Namun, Ahad Soth melarang pengikutnya membaca bacaan Alquran.
Ketua Majelis Ulama Kabupaten Maros KH Sahabuddin Hamid mengatakan, ajaran Ahad Soth jelas menyimpang. Sebab, tak sesuai dengan Alquran dan Hadis. Ajaran itu juga meresahkan sebagian warga Maros, terutama mereka yang tinggal di Desa Laiya.(ULF)
- Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar