Minggu, 28 April 2013

Dari Balik Balkon Rakyat

oleh Ifa H. Misbach (Catatan) pada 28 April 2013 pukul 18:36

Reportase kali ini bukan bahasa media, ini bahasa ala diriku saja sebagai rakyat yang terserang gelisah.

Pada Jumat, 26 April 2013 jam 14.45 s.d. 21.00 wib, saya dengan bu Retno dan beberapa kawan dari aliansi revolusi pendidikan, serta beberapa guru FSGI berkesempatan mengikuti jalannya raker antara Mendikbud dan Komisi X DPR RI membahas kacaunya penyelanggaraan UN 2013.

Setelah raker di buka oleh Ketua Komisi X (Partai Demokrat), kemudian Medikbud dipersilahkan menjelaskan “duduk persoalan” kacau balaunya UN. Mendikbud didampingi jajarannya secara lengkap, yang bu Retno hitung jumlahnya mencapai 31 orang. Selain seluruh eselon 1, Mendikbud juga didamping BSNP dan beberapa rektor.

Setelah Mendikbud selesai menjelaskan, dilanjutkan dengan para anggota komisi X bergantian berbicara. Dalam rapat kerja tersebut, komisi X DPR mendesak Kemendikbud untuk mengevaluasi seluruh proses penyelenggaraan ujian nasional mulai dari tujuan hingga prosedur teknis pelaksanaan.

Mayoritas anggota komisi X menyorot tajam kinerja Mendikbud dan jajarannya.
Selama saya menyimak rapat dengar pendapat antara jajaran kemendikbud dengan anggota komisi X, saya harus memberikan apresiasi kepada kegigihan setiap anggota komisi X yang sudah menyerang kemendikbud dari segala sisi, dari mulai: 

  • Aspek2 hukum penyelenggaraan UN yang terlanggar. Jika pemerintah tetap menggunakan hasil UN diijadikan penentu kelulusan dan tiket masuk PTN maka kemendikbud akan digugat secara hukum karena UN tidak akuntabel dan tidak profesional serta melanggar rasa keadilan masyarakat.
  • Cacatnya pelaksanaan teknis operasional yang berdampak pada hasil validitas yang meragukan.
  • Mendesak kemendikbud mengambil langkah pertanggungjawaban moral untuk menyatakan bahwa hasil UN 2013 tidak sah secara hukum untuk dijadikan tiket masuk ke PTN.
  • Mendesak ke depannya UN dilakukan secara rayonisasi/per-wilayah agar lebih efisien. Karena faktanya UN sangat menghamburkan biaya negara. Dari mulai pengerahan awak Kepolisian, TNI AD, AU, AL dikerahkan. Biaya darimana menggunakan pesawat Foker, Boeing 737, dll.
  • Keluhan banyak sekolah mengeluarkan biaya fotokopi+bayar pengawas lebih dari 50 juta/sekolah. Sedangkan dana dari kemendikbud hanya 9 juta per sekolah
  • Azas keadilan yang terlanggar pada 11 provinsi.
  • Pengabaian dan kelalaian kemendikbud terhadap dampak psikologis jutaan siswa yang dibiarkan menunggu berhari-hari menunggu tanpa kepastian. Bahkan kemendikbud memaksakan 1 sekolah melakukan UN pada jam 6 sore (secara psikologis itu jam penurunan konsentrasi terendah).
  • Mendesak pak Nuh mengambil sikap mundur sebagai pertanggungjawaban moral tanpa disuruh SBY
  • Mendesak pak Nuh mengambil momentum mengevaluasi total kinerja struktur organisasi kemendikbud dan BNSP.
  • Pengaduan bentuk kecurangan yang dilaporkan masyarakat tidak pernah ditindaklanjuti secara tegas oleh kemendikbud.
  • Mempertanyakan mengapa 8 standar sebagai putusan MA yang ada di PP 19 tidak dipenuhi terlebih dulu.
  • Mempertanyakan kenapa PT Galia Printing terpilih sbg pemenang tender yang jelas2 bukan perusahaan yang memiliki security printing.
  • Ketidakadilan bagi siswa-siswa di pelosok misalnya NTT dan Papua yang tidak pernah mengenal objek-objek yang ada dalam soal-soal UN, tetapi objek2 itu familiar buat anak-anak di pulau Jawa.
  • Kualitas lembar jawaban di bawah 70 gram (para anggota dewan menebak mungkin kelas kertas 60 gr, atau semacam kertas singkong) yang anggota dewan mencoba langsung jika menghapus sobek atau jawabannya blobor kemana2 sulit dibaca. 
  • Bagaimana dengan soal yang tertukar antara 1 mata pelajaran dengan pelajaran lain/soal kurang/soal ditokopi, bahkan ada 1 sekolah yang di pelosok tidak punya mesin fotokopi sehingga 1 soal digilir untuk 25 siswa dalam 1 kelas. Dan itu merepotkan pengawas yang memindahkan jawaban ke lembar jawaban resmi.
  • Mendesak fungsi UN hanya sebagai fungsi pemetaan, bukan penentu kelulusan siswa. Oleh karena itu, kembalikan hak guru dan satuan pendidikan yang berhak untuk melakukan penilaian pada siswa berdasarkan UU Sisdiknas, bukan oleh pihak pemerintah yang tidak tahu perilaku siswa sehari2 di kelas.
  • Sikap pak Nuh yang menyakiti hati jutaan rakyat Indonesia yang sedang galau dengan kekacauan UN, malah melakukan lelucon tidak lucu berjalan mundur sambil cengengesan di depan media.
  • Yang LUPUT ditanyakan anggota komisi X adalah: kalo ya UN buat pemetaan mana hasil petanya dari thn 2004 sampai 2012? Itu tidak ada satu pun yang menanyakan.


Respon dari kemendikbud (tidak dijawab semua) : 

  • Intinya para rektor yang dibawa pak Nuh menyampaikan bahwa hasil validitas tidak ada masalah karena sudah dilakukan manual meskipun kualitas kertas jawaban yang sulit dibaca/mudah sobek, karena mereka melakukan manual.
  • Rektor ITB yang diharapkan bersikap tegas, hanya menjelaskan teknis hasil UN dan komposisi nilai raport untuk masuk jalur SMPTN
  • Menyatakan pada anggota komisi X bahwa hasil kelulusan UN akan tepat waktu karena mereka bekerja 24 jam
  • pak Nuh bilang tidak bisa memutuskan bahwa hasil UN 2013 tidak sah, karena toh di 22 provinsi baek2 saja (hiks,...kita harus berjuang keras).
  • Pak Nuh menanggapi langkah mundur adalah yang berhak mencopot dirinya dalam jabatan mendikbud adalah presiden. (ini...sinyal pak Nuh tidak akan mengambil langkah mundur layaknya para pejabat Jepang yang malu secara moral jika melakukan kesalahan pada rakyat)


Intinya jawaban jajaran pak Nuh tidak menyakinkan dan terbata-bata, sehingga itu yang dipertanyakan sejumlah anggota komisi X, kok para profesor yang dibawa pak Nuh seperti tidak memahami dan ga pernah melakukan penelitian terstandar yang memahami validitas, sepertinya para profesor ini baek-baek saja padahal sudah tau administrasi pengukuran yang prosedurnya tidak sama akan menghasilkan bias yang besar dan itu tidak adil bagi kondisi jutaan siswa yang tidak sama. Makanya keluar perkataan seorang anggota komisi X mengapa para profesor ini tidak ada yang melakukan PEMBERONTAKAN INTELEKTUAL dan masih pasang badan utk UN?

Saya yakin para rektor dan profesor lainnya di luar yang dibawa pak Nuh, pasti akan gerah melihat koleganya seperti badut-badut intelektual yang TIDAK berani mengkritisi pak Nuh dan tidak berani menolak hasil UN yang sudah cacat dari segala aspek. Karena apa yang disampaikan rektor2 yang dibawa pak Nuh sangat menyedihkan. Malu rasanya sebagai orang akademisi menyaksikan argumen mereka yang lemah dan malah balik ditertawakan oleh para anggota komisi X lainya. Perlu ada gerakan para rektor dan profesor untuk membersihkan kredibilitas para rektor lainnya di luar yang dibawa pak Nuh jumat kemarin, karena saya masih yakin bahwa masih banyak para profesor dan rektor yang masih 'waras' dan lebih banyak lagi yang memiliki pemikiran inteletual yang berbobot.

Sejumlah kawan lain skeptis dengan sikap komisi X, apakah mereka memang sedang benar-benar berjuang untuk kepentingan rakyat atau hanya untuk menaikan nilai tawar mereka? 

Tetapi apa yang mata saya lihat adalah 100% sikap anggota komisi X seluruhnya menentang hasil UN tanpa kecuali. Yang berbeda hanya derajat kegalakannya saja dari yang sangat galak sampai satu bapak anggota dewan yang paling lembut berpantun mengutip petuah nasihat bijak Semar "ora rumaso biso" untuk menyindir pak Nuh. Seorang ibu anggota dewan yang diberikan kesempatan pertama menyampaikan pendapat menyampaikan pendapat dengan gayanya sangat unik karena mengkombinasikan rasa sayang ibu, kemarahan masyarakat, dan usulan konkrit ke depan agar UN dilakukan sistem rayonisasi.

Saya tidak tahu apakah kesamaan sikap ini karena semua anggota komisi X sudah menyaksikan sendiri kekacauan UN dan sebagian besar mereka turun berkeliling ke daerah-daerah. Jadi mereka mendengarkan keluhan langsung para siswa, guru, pengawas dan para kepala daerah.

Tapi saya bisa paham sikap skeptis kawan-kawan saya yang lain yang pernah bertemu langsung dengan komisi X, karena mereka kan para politisi. Who knows? di balik kegarangan mereka.

Saya bener2 migrain semaleman pulang dari DPR, gemas, sedih melihat badut2 akademisi intelektual ini, rasanya campur aduk, biarin deh disebut lebay juga. Rasanya pengen treak di kuping pak Nuh bahwa keberhasilan sistem pendidikan kita hanya mampu menghasilkan kebanyakan akademisi (yang mungkin pintar) tetapi tidak memiliki keberanian menyatakan TIDAK terhadap kemungkaran yang sudah jelas ada bukti dan fakta di depan mata.

Tapi saya masih berusaha menyisakan ruang 'hope' di kepala saya, karena saya selalu yakin kelak anak-anak generasi penerus kita akan mencatat apa yang kita perjuangkan tidak akan berakhir sia-sia meskipun resultnya ga bisa langsung instant seperti yang kita harapkan. Karena momentum pergerakan pelajar yang marah dengan UN juga sudah bergerak menggalang aksi untuk hari pendidikan 2 Mei, akan bergabung dengan guru dan buruh. Kita tidak tahu manakala Tuhan membuka momentum perubahan dengan cepat. Yang saya tahu Tuhan hanya akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri yang merubah nasib dengan tangannya sendiri. Dan perubahan itu ada pada keberanian SELURUH guru di tanah air. Saat ini yang hanya berani adalah segelintir guru saja yang saling menguatkan karena kurangnya dukungan dari rekan-rekannya sendiri. 

Saya bukan guru. Saya hanyalah orang yang tersentuh nurani dengan keberanian dan kegigihan dari rekan-rekan guru pemberani yang masih segelintir jumlahnya. 

Selamat Menyambut Hari Pendidikan Nasional Untuk Para Sahabat Guru Tercinta.

Jangan pernah mengutuk kegelapan meskipun jalan mewujudkan sistem pendidikan yang adil penuh jalan terjal.

Jangan menyerah untuk ditindas. 

-Catatan kegelisahan di balik balkon rakyat-
Jumat, 29 April 2013

Sumber : https://www.facebook.com/groups/igipusat/permalink/10152348099131393/

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah berbagi informasi menarik dan bermanfaatnya
    Tetap semangat untuk share info yang lainnya!!!!

    BalasHapus