Rabu, 23 Maret 2011

Ketika Aku Menjadi Elang

Sinar matahari tenggalam dalam bulu-bulu hangatku. Orang-orang
pulang ke rumah mereka. Mataku bisa melihat angin
Melintas benua kuning-menggelap

Sangkarku adalah nyanyian rapuh di udara. Guratan anak panah
seorang tak dikenal. Aku terbang meninggalkan setiap aku dan kamu
Waktu memahatku di ketinggian
angin susut

Kegetiran adalah masa lalu yang terampuni, Senja selalu usai
dan retakan malam melahirkanku kembali

Menjadi seekor elang aku kini, Dan sebelum waktu menyerapku
ke dalam debu, Seekor elang melintasi siang dan malam
mengenyahkan suka dan duka yang samar

Prumpung, 25 April 2008
Alfiyan Harfi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar