Sinar matahari tenggalam dalam bulu-bulu hangatku. Orang-orang
pulang ke rumah mereka. Mataku bisa melihat angin
Melintas benua kuning-menggelap
Sangkarku adalah nyanyian rapuh di udara. Guratan anak panah
seorang tak dikenal. Aku terbang meninggalkan setiap aku dan kamu
Waktu memahatku di ketinggian
angin susut
Kegetiran adalah masa lalu yang terampuni, Senja selalu usai
dan retakan malam melahirkanku kembali
Menjadi seekor elang aku kini, Dan sebelum waktu menyerapku
ke dalam debu, Seekor elang melintasi siang dan malam
mengenyahkan suka dan duka yang samar
Prumpung, 25 April 2008
Alfiyan Harfi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar